Pencegahan dan Cara Mengatasi Depresi Setelah Melahirkan
Saturday, August 2, 2014
Mengenal, Pencegahan dan Cara Mengatasi Depresi Setelah Melahirkan - Kehamilan dan melahirkan bayi merupakan waktu perubahan yang paling menonjol secara fisik dan emosional. Namun dari 1 dari 10 wanita mengalami beberapa bentuk depresi setelah melahirkan ( Peter Abrahams ).baca juga : madu Subur Max, Madu Penyubur Reaksi Cepat
Segera setelah periode pascanatal ditemukan sejumlah perubahan fisik dan emosional dan bisa merupakan waktu yang menantang bagi seorang ibu. Ketika kadar hormon naik turun, banyak wanita mengalami emosi yang hebat dan banyak terjadi “ perasaan sedih ringan “ – suatu bentuk depresi ringan – untuk beberapa hari setelah melahirkan. Namun, sekitar 10% wanita mengalami gejala depresi yang terus-menerus. Keadaan ini paling sering terjadi antara empat sampai enam minggu setelah melahirkan. Depresi berat dengan gagasan bunuh diri dan gejala psikotik ( puerperial psychosis ) jarang terjadi setelah melahirkan.
Beberapa faktor risiko yang dapat mencetuskan terjadinya depresi pasca natal diantaranya dapat dilihat sebagai berikut :
Meskipun banyk wanita yang ingin menghindari pemberian obat selama kehamilan, penggunaan obat antidepresan dan beberapa obat selective serotonin re-uptake inhibitor (SSRls) belum terbukti menyebabkan kelainan kongenital pada bayi. Pada wanita hamil dengan gejala depresi, penting untuk menggunakan terapi obat, karena ada resiko resiko terjadi kekambuhan. Bagi ibu yan didiagnosis berisiko tinggi, selama waktu melahirkan dan segera beberapa minggu sesudahnya, harus mendapat dukungan ekstra dan penilaian kembali.
Terapi Obat
Ketika intervensi psikologis efektif dalam penanganan depresi pascanatal yang ringan atau sedang, lebih berguna bila disertai tambahan terapi obat. Bagi pasien yang mengalami depresi sedang sampai berat yang tidak ada respons terhadap tindakan psikologis, bisa diberikan obat antidepresan. Ada beberapa kasus yang berkembang ke arah gejala psikotik harus diberikan pengobatan lebih lanjut dengan obat penenang ( tranqulizer ).
Suatu dilema muncul pada wanita yang masih menyusui bayinya selama pengobatan. Keuntungan obat untuk ibunya harus diimbangi terhadap efek samping yang mungkin timbul pada bayinya terutama bagi wanita yang membutuhkan obat dengan dosis tinggi.
Pada tahap permulaan dengan melibatkan perawat psikiatri dan juga monitoring spesialis memberikan pasien dan keluarganya dukungan tambahan untuk perkembangannya.
Segera setelah periode pascanatal ditemukan sejumlah perubahan fisik dan emosional dan bisa merupakan waktu yang menantang bagi seorang ibu. Ketika kadar hormon naik turun, banyak wanita mengalami emosi yang hebat dan banyak terjadi “ perasaan sedih ringan “ – suatu bentuk depresi ringan – untuk beberapa hari setelah melahirkan. Namun, sekitar 10% wanita mengalami gejala depresi yang terus-menerus. Keadaan ini paling sering terjadi antara empat sampai enam minggu setelah melahirkan. Depresi berat dengan gagasan bunuh diri dan gejala psikotik ( puerperial psychosis ) jarang terjadi setelah melahirkan.
Beberapa faktor risiko yang dapat mencetuskan terjadinya depresi pasca natal diantaranya dapat dilihat sebagai berikut :
- Riwayat penyakit psikiatri, terutama depresi.
- Gangguan suasana hati.
- Kesulitan hubungan interpersonal.
- Kurang dukungan.
- Pengalaman peristiwa negatif yang baru terjadi seperti baru kehilangan orang yang dikasihi.
- Penghasilan rendah.
- Kelahiran bermasalah.
- Ibu dengan perasaan sedih yang berat.
- Masalah fisik pada bayi.
Gejala Depresi Pascanatal
Gejala depresi termasuk apatis, kecemasan, suasana hati ( mood ) buruk, dan tidak bisa konsentrasi. Depresi berat dicirikan dengan sikap bermusuhan terhadap bayi atau bahkan psikosis dan harus diobati secepatnya dengan merujuk ke dokter spesialis jiwa. Mungkin dibutuhkan perawatan atau di rawat di unit ibu dan bayi. Tidak ada tes yang pasti untuk meyakinkan diagnosis depresi pascanatal. Diagnosis ini hanya didasarkan pada penilaian secara klinis.Strategi Pencegahan
Kesadaran akan risiko depresi, dengan sedapat mungkin membuat rencana pencegahan, bisa mengurangi insiden terhadap depresi.Mengenali Gejala
Dengan pendidikan antenatal, meliputi menekan emosional orangtua ‘ ibu dengan perasaan sedih’ sementara dan risiko depresi pascanatal, akan membatu wanita dan pasangannya mengenali gejala dini dan sedikit mengurangi rasa bersalah dan cemas. Janji temu antenatal harus dilakukan untuk meningkatkan dukungan hubungan interpersonal antara pasien dan tim pelayanan masyarakat, untuk mengenal wanita yang kurang dukungan dari keluarganya sendiri dan yang mempunyai sedikit teman.Depresi Waktu hamil
Bila depresi berkembang selama kehamilan, ini bisa ditangani secara efektif dengan dukungan psikoterapi dan bila ada indikasi positif di berikan terapi antidepresan.Meskipun banyk wanita yang ingin menghindari pemberian obat selama kehamilan, penggunaan obat antidepresan dan beberapa obat selective serotonin re-uptake inhibitor (SSRls) belum terbukti menyebabkan kelainan kongenital pada bayi. Pada wanita hamil dengan gejala depresi, penting untuk menggunakan terapi obat, karena ada resiko resiko terjadi kekambuhan. Bagi ibu yan didiagnosis berisiko tinggi, selama waktu melahirkan dan segera beberapa minggu sesudahnya, harus mendapat dukungan ekstra dan penilaian kembali.
Merawat Depresi
Pada hampir semua kasus, depresi pascanatal hanya berlangsung beberapa minggu, gejalanya ditangani dengan dukungan psikologis dengan atau tanpa menggunakan terapi obat.Terapi Obat
Ketika intervensi psikologis efektif dalam penanganan depresi pascanatal yang ringan atau sedang, lebih berguna bila disertai tambahan terapi obat. Bagi pasien yang mengalami depresi sedang sampai berat yang tidak ada respons terhadap tindakan psikologis, bisa diberikan obat antidepresan. Ada beberapa kasus yang berkembang ke arah gejala psikotik harus diberikan pengobatan lebih lanjut dengan obat penenang ( tranqulizer ).
Suatu dilema muncul pada wanita yang masih menyusui bayinya selama pengobatan. Keuntungan obat untuk ibunya harus diimbangi terhadap efek samping yang mungkin timbul pada bayinya terutama bagi wanita yang membutuhkan obat dengan dosis tinggi.
Terapi Hormon
Setelah terjadi perubahan pola hormonal dalam enam minggu setelah melahirkan, progesteron maupun estrogen telah dianjurkan untuk pengobatan depresi pascanatal. Tetapi masih belum ada bukti bahwa perogesteron efektif. Penggunaan estrogen belum diizinkan dan hanya digunakan untuk percobaan secara klinis. Namun, akhirnya mempunyai peranan yang menguntungkan bagi beberapa wanita.Dukungan Medis
Walaupun hampir semua wanita bisa mendapat pelayanan yang dilakukan oleh tim layanan masyarakat, yang menyediakan fasilitas untuk mengurus ibu dan anak, namun hanya sedikit yang memanfaatkannya. Mereka lebih memilih layanan psikiatri dengan berobat jalan atau dirawat.Pada tahap permulaan dengan melibatkan perawat psikiatri dan juga monitoring spesialis memberikan pasien dan keluarganya dukungan tambahan untuk perkembangannya.